Wednesday 19 December 2012

Diary Movie Riview - The Faith @ The Great Doctor

Aiiish... Ngeliat endingnya film "Faith at the great doctor" bikin ga puas. Masa Eun Sok sama Chou younk cuman senyam-senyum doank? Seharusnya ada kata-kata gimanaa gitu pas episode terakhir itu. Tapi, hal ini bikin saya mengira-ira, kalau kejadian ini nyata, ucapan apa yang kira-kira bakal mereka ucapkan dihari pertama mereka bertemu lagi, juga dihari-hari berikutnya. Kalau saya jadi mereka, mungkin ini yang akan saya katakan :

Eun Sok:
Mimpi, apakah ini mimpi? Rasanya terlalu banyak, dan terlalu lama waktu yang aku jalani hidup sendiri, hingga pemandangan didepanku ini masih tidak bisa aku percaya. Tapi tubuhku kaku, rasanya aku tidak bisa bergerak, aku tidak percaya, aku ingin menikmati waktuku, kesempatanku saat ini untuk memandanganya, sebelum aku sadari ini mimpi.

Chou Younk:
Tuhan, apakah wanita ini sedang memikirkan apa yang aku pikirkan? Aku memang jarang bermimpi kecuali mimpi tentang ayahku, hingga aku yakin kalau ini bukan mimpi. Aku ingin mempercayai bahwa ini nyata adanya, bahwa wanita yang jaraknya hanya beberapa langkah dariku, benar datang padaku dan tidak akan menghilang lagi, walaupun aku rela menunggunya lagi, untuk kembali. Tapi walau aku tahu dia berdiri dihadapanku hingga aku bisa meraihnya kapan saja, aku ingin memuaskan mataku untuk memandangnya terlebih dahulu. Tapi Tuhan, aku tidak akan pernah puas memandangnya.

Eun Sok & Chou Younk:
Sebuah cara yang aneh untuk menyatukan aku denganmu, tapi aku tidak akan pernah menyesal, karena kau adalah intan yang pantas aku raih dengan susah payah. Tapi ini aku, kita, dengan keputusan terbesar kita. Kita memulai sesuatu yang baru. Jangan takut untuk membuat aku khawatir lagi, kita berjanji untuk berbagi semuanya, karena kita partner. Kita akan ber-high5, menyematkan kelingking, dan berkata "ah-ja!" dan kita akan berlatih menggunakan pisau lagi, karena ternyata masih banyak hal-hal bahaya yang akan kita hadapi. Semoga penantian itu tidak ada lagi. Kebahagiaan ini, adalah lebih dari jabatanmu, dari ambisi untuk mempunyai sebuah rumah sakit sendiri. Ambisi kita adalah tentang pertemuan kita.


Kau tidak akan pernah tahu seberapa bahagianya aku ketika aku membuka mataku dipagi hari, gelisah seketika apakah kemarin ini hanya mimpi, tapi ternyata kau disisiku, benar-benar disisiku, dan memberikan senyum itu lagi.
Akhirnya aku bisa melihatmu setiap hari.


Tabib dewa & Kapten.