Monday 16 February 2015

Hati



Dan kau ambil lagi sehelai tissue untuk kesekian kalinya. Seandainya tissue itu bisa menghapus rasa sakit, bukan hanya basahnya pipi akibat derai air mata.

Dan kau gelengkan lagi kepala, atas pengulangan ini, dan mungkin akan terulang lagi. Semua kebahagian dan penderitaan yang datang silih berganti. Bahagianya begitu bahagia, sakitnya pun bukan main.

Akan kau puaskan airmatamu malam ini, esok adalah urusan esok, karena airmata malam ini tidak bisa terbendung. Harapanmu adalah, dalam setiap air mata yang keluar, kekuatanmu akan bertambah.

Dau kau berusaha menyemangati dirimu sendiri, berusaha membenturkan kepalamu pada kenyataan, berusaha mengguncangkan tubuhmu sendiri pada bahagia semu ini. Sadar!

Dan kau mulai berpikir apa artinya selama ini. Berharap dia melihatmu… dan bersimpatik , tentang rapuhnya isi raga dan jiwamu, tentang kau yang bersimpuh dilantai berharap ada uluran tangan yang  bisa membuat berdiri, karena untuk begeser ketempat yang lebih teduh pun kau tak mampu.

Dan kau mulai lagi berharap ia bisa mendengar teriakan hatimu, bahwa pada hakikatnya tak banyak yang kau minta, hanya keadaan membuat kau tampak seperti singa penguasa, padahal kau hanya seorang wanita biasa, yang punya keinginan tak beda dengan wanita lain. Seorang pecinta yang mimpinya tak beda dengan pecinta lain. 

Dan harapan yang diberikan adalah lebih curam dari tebing manapun, mampu membuatmu terjatuh tak terobati. Membuat semuanya tampak rumit, membuat beberapa sikap jadi tampak memaksa... demi untuk harapan yang terpenuhi.

Ketahuilah bahwa sedikit demi sedikit semua akan berubah, menuju arah hati yang lebih tenang, nyaman. Semakin bisa merelakan matahari terbenam dan menyambut bulan. Semua ada pada kekuatan Sang Waktu, hanya saja ia terlalu kejam untuk membuat semua ini berjalan seperti lambat hingga sakit itu akan kau rasakan cukup lama.

Lifes will always contain it.