Mom. Heum.. Let me see.
Hehe, kidding. Kenapa perlu berpikir panjang jika ingin
menulis tentang seorang ibu. Ya, tentunya ada berbagai macam alasan; terlalu
indah untuk dijabarkan, atau mungkin memang orangnya kesulitan mencari
kata-kata yg pas (karena terlalu sibuk mencari uang), atau mungkin karena tidak
cukup beruntung bisa hidup dibesarkan oleh sang bunda.
Sejak umur kira-kira 8 tahunan, sang ibu sudah pisah sama
sang babeh. Mereka memilih untuk berpisah, hidup dengan prinsip dan keyakinan masing-masing.
Ibu menikah lagi dan punya satu anak tunggal, sedangkan babeh memilih untuk
konsen membesarkan 8 orang anak seorang diri. Can you imagine?? Its fucking 8,
and alone! Jadi, jika ada blog yang saya tulis, itu pastilah mengenai sang
babeh karena he’s the brave one, he’s ultimate, he’s the hero.
Sang ibu tetap keren, tentu. Dia tetap sang pemilik surga.
Saya hanya tidak cukup beruntung dibesarkan oleh beliau. Semakin umur
bertambah, kehidupan tanpa seorang ibu semakin terbiasa, dan semakin sadar,
bahwa saya masih cukup beruntung untuk masih bisa berkomunikasi dengan sang ibu, dan merasakan kasih sayangnya tanpa harus terikat status perkawinan dengan sang babeh.
Diluar sana banyak yang benar-benar tidak punya ibu. Jadi, saya masih lebih
beruntung. (positive thinking – red).
Hampir 2 minggu yang lalu, sang Ibu pergi meninggalkan semua
orang yang menyayanginya dan disayanginya. Tidak lain yang bisa saya lakukan
hanya berdoa, semoga ibu bisa beristirahat dengan tenang, ditempat yang paling
indah yang layak seorang ibu dapatkan. Bagaimanapun masa lalu hubungan kami dan
anak-anak lainnya, itu hanyalah dinamika kehidupan saja. Ucapan-ucapan
penyesalan pun datang hampir dari setiap anak-anak. Klise. Walau bagaimanapun bakti kita kepada orang tua ketika mereka masih ada, memang jasa mereka tidak akan pernah terbalaskan.
Sebenernya buat saya pribadi, saya paling males dengan yang
namanya nyesel. “Menyesal” dengan “memetik
pelajaran” adalah dua hal yang berbeda. Tapi nggak usah dibahas apa
perbedaaannya lha ya, karena eike bukan guru atau ahli bahasa Indonesia. Jadi,
kembali kepada penyesalan tadi. Berkali-kali benak ini menyangkal kalau saya
menyesal. Dikarenakan malas dengan rasa dari penyesalan tadi, saya berpura-pura
tidak menyesal bahwa di hari terakhirnya, beliau meminta saya datang, tapi saya tidak datang. Bahkan berkali-kali
beliau meminta. Berpura-pura tidak
menyesal bahwa saya sering kesal pada beliau, bahwa saya tidak cukup waktu
untuk mengunjungi dan menyemangati beliau, menemani beliau ketika sakit dan check-up ke rumah
sakit. Jadi, yang bisa saya lakukan sesudahnya adalah, meminta maaf.
“Atas semua kekurangan Eva… Eva minta maaf, mah.” :’(
Ibuku itu seorang yang… okem. Maka beliau pun sering
mendapat julukan nenek okem, atau bibi okem, karena beliau seorang yang rock 'n
roll dalam gaya bicara maupun berpakaian. Beliau tidak feminim, padahal saya ingat
dulu waktu masih menikah dengan babeh, mamah sering bergaya feminim layaknya
wanita karir, she looks beautiful and independent at that time. Potongan rambut
pendek berkepang, ngomong sakacapruk tapi asek, keras kepala dan alhamdulilah
nurun sama anaknya ini, perokok berat, susah dinasehatin, doyan hajatan/pesta, doyan
teriak-teriak super gede kalau nonton bola/badminton, jago banget masak, aura
cerianya kuat banget, dan sangat ramah juga kekeluargaan.
Saya nggak pernah malu dengan gaya mamah yang walopun sudah
usia nenek-nenek, tapi masing sering pake celana robek-robek, atau celana
pendek loreng-loreng tentara, atau pake baju yang super kedodoran, atau apapun
itu. Cuman satu, kalo kaget suka keceletot ngomong jorok (tepok jidat).
Pesan saya buat sang pembaca (itupun kalau ada yang baca), jangan sampai kamu mau ngalamin yang namanya "PENYESALAN." Sayangi orang tua selagi mereka ada, karena dimana lagi ladang pahalamu selain mereka, terutama ibu.
"Mah, Eva ragu apa ada yang mamah bisa banggakan dari Eva
semasa hidup mamah. Eva nggak inget. Eva tau Eva belum berbakti, tapi walopun
mamah udah ga sama Eva lagi, Eva bakal tetep akan lakuin sesuatu buat mamah,
sebagai bukti sayang Eva sama mamah. Eva kangen banget, mah. Seharusnya kita
lebih sering ngopi bareng, mah. Seharusnya kita bisa nonton bola bareng lebih
sering. Eva tetep males belajar masak seperti yang mamah mau, tapi masakan
mamah puaaaaliiing enak, sumpah dech mah. Mamah itu mamah yg paling funky,
paling keren walopun heuras kepalanya, dan kancing coplok bahasanya. Mamah mana
lagi yang bisa diajak funky2an bareng? Mamah mana lagi yang bersedia menjadi
tempat pelarian ketika anaknya tepar mabok, itu mamah semua yang rangkul. Eva sayang
mamah. Kalau Eva bersikap kurang perhatian atau seperti ga sayang sama mamah,
Eva minta maaf. Kadang mamahnya bikin kesel sie :p piss mah. Tapi Eva pasti,
yakin, Eva sayang mamah bangeetttt. Eva rinduuu tawa mamah yang menggelegar
yang sama kek tawa Eva. Eva rinduuu nyanyian suduk sumpang mamah sambil joget2."
Wanita tercantik mana lagi selain sang Ibu.
Ditempat terindahlah seharusnya kau berada
Hilanglah kekhawatiranmu tentang dunia
Tuntaslah semua tugasmu hingga kembali kepadaNya
Dan nikmatilah madu dari hasil didikanmu pada anakmu
Indahlah lantunan seruling surga yang mengiringi kepergianmu
Damailah senyummu ketika kau terbang perlahan menuju langit
Kita akan bertemu lagi pada kelahiran selanjutnya
Dimana cintamu selalu sehangat biasanya
Dan rangkulanmu senyaman 'rumah' kutinggali
Amin.
Love you, mah.